0 Comments

0 0
Read Time:3 Minute, 39 Second

tobehonesttheatre.com – Industri film Bollywood menghadapi tantangan serius di tahun 2025, di mana kunjungan ke bioskop terus menurun drastis. Hanya segelintir penonton yang datang, membuat studio khawatir akan masa depan. Menurut data terkini, hanya 2-3% dari 1,4 miliar penduduk India yang masih rajin nonton di layar lebar. Padahal, dulu nonton film adalah kegiatan komunal yang meriah. Untuk itu, bintang legendaris Aamir Khan mengusulkan solusi inovatif agar bioskop India bisa bangkit kembali.

Penurunan Penonton Bioskop India

Bioskop India mengalami kemerosotan tajam sejak beberapa tahun terakhir. Berdasarkan laporan dari berbagai sumber, termasuk The Guardian dan data box office 2025, hanya sekitar 2% populasi yang menonton film di teater. Di semester pertama 2025, misalnya, hanya dua film Bollywood yang mencapai status blockbuster, seperti Chhaava dengan pendapatan Rp 601 crore dan Housefull 5 sebesar Rp 183 crore. Selain itu, banyak distrik di India masih tanpa fasilitas bioskop, terutama di pedesaan. Akibatnya, penonton lebih memilih menunggu tayang di TV satelit atau versi bajakan di ponsel. Dengan demikian, industri ini kehilangan pendapatan potensial yang mencapai miliaran rupee.

Masalah akses menjadi penghalang utama. Dulu, tiket bioskop hanya Rp 2 ribu, memungkinkan seluruh keluarga dari berbagai kalangan menikmati film bersama. Namun, sekarang harga tiket multiplex mencapai Rp 95 ribu, yang terlalu mahal bagi mayoritas masyarakat. Sebagai contoh, film Aamir Khan seperti Lagaan (2001) dulu memenuhi gedung bioskop penuh, tapi tren ini hilang seiring maraknya bioskop mewah.

Keluhan Aamir Khan Terhadap Bioskop India

Aamir Khan, ikon Bollywood yang sukses dengan film seperti 3 Idiots dan Dangal, blak-blakan mengkritik kondisi bioskop India. Di acara WAVES Summit 2025, ia menyoroti bahwa hanya 10.000 layar bioskop yang tersedia di seluruh negeri, dengan separuhnya di India Selatan. “Kita belum cukup berusaha menjangkau 97% populasi lain,” ujarnya. Khan telah bertahun-tahun merencanakan pembangunan ribuan bioskop murah di desa-desa, lengkap dengan siaran satelit. Sayangnya, birokrasi rumit dan biaya tinggi menghambat inisiatif ini. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya model bisnis baru yang inklusif, bukan hanya bergantung pada multiplex kota besar.

Khan juga mengkritik jendela tayang singkat delapan minggu sebelum ke OTT, yang membuat penonton menunggu daripada datang ke bioskop. “Ini merusak bisnis sendiri di negara sensitif harga seperti India,” katanya. Dengan demikian, keluhannya mencerminkan kekhawatiran seluruh industri terhadap penurunan penonton yang terus berlanjut.

Dampak Lesunya Bioskop pada Bollywood

Lesunya bioskop India berdampak langsung pada Bollywood, di mana banyak film gagal mencapai target box office. Di 2025, hanya enam blockbuster sepanjang tahun, dibandingkan puluhan di masa lalu. Film seperti Param Sundari bahkan gagal masuk 10 besar minggu pembukaan, dengan penurunan harian yang brutal. Hal ini membuat studio rugi besar, terutama dengan biaya produksi yang membengkak. Selain itu, persaingan dari OTT seperti Netflix dan Amazon Prime semakin ketat, di mana penonton lebih suka streaming daripada keluar rumah.

Dampaknya juga terasa pada pekerja film. Ribuan kru kehilangan pekerjaan karena proyek dibatalkan. Namun, ada harapan dari kesuksesan film seperti Sitaare Zameen Par milik Khan, yang meraup Rp 66 crore dalam empat hari tanpa rilis OTT awal. Akibatnya, ini membuktikan bahwa strategi bioskop-only bisa membangkitkan minat penonton.

Solusi Inovatif dari Aamir Khan

Untuk mengatasi krisis bioskop India, Aamir Khan meluncurkan inisiatif baru: Aamir Khan Talkies. Platform ini akan merilis film seperti Sitaare Zameen Par langsung di YouTube setelah tayang bioskop, dengan model pay-per-view yang murah. “Ini tentang mendemokratisasi nonton film, agar keluarga desa bisa menikmati tanpa biaya mahal,” jelasnya di konferensi pers Juli 2025. Selain itu, ia menolak tawaran Rp 150 crore untuk hak digital agar prioritas tetap di teater.

Khan juga mendorong investasi bioskop di pedesaan dan memperpanjang jendela tayang ke OTT menjadi minimal 12 minggu. Sebagai contoh, sukses Sitaare Zameen Par menunjukkan respons kuat di multiplex kota, tapi lemah di layar tunggal desa—membuktikan perlunya akses merata. Dengan demikian, solusinya bisa menjadi tren baru bagi Bollywood.

Masa Depan Bioskop India dan Bollywood

Meski tantangan besar, bioskop India punya potensi pulih jika ada kolaborasi pemerintah dan swasta. Khan menargetkan penambahan ribuan layar baru, mirip dengan 35.000 bioskop di AS meski populasi lebih kecil. Pemerintah India bisa mendukung melalui subsidi untuk bioskop desa, sementara studio fokus pada konten berkualitas. Selain itu, integrasi teknologi seperti VR di bioskop murah bisa menarik generasi muda.

Untuk itu, masa depan Bollywood bergantung pada inovasi seperti Aamir Khan Talkies. Jika berhasil, ini bukan hanya selamatkan industri, tapi juga kembalikan kegembiraan nonton komunal. Simak perkembangan lebih lanjut, karena 2025 bisa jadi titik balik bagi bioskop India.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Related Posts